Bandung | Pemerintah Kota Bandung meresmikan layanan angkot feeder Metro Jabar Trans (MJT) pada Rabu, 1 Oktober 2025. Koridor perdana, berkode FD1, melayani rute Simpang Samsat Soekarno Hatta (Kiaracondong) – Pasar Baru Jalan ABC (pp).
Selama uji coba 1–8 Oktober, warga bisa menumpang secara gratis, tapi tetap diwajibkan tapping kartu e-money atau KMT. Usai masa manis itu, tarif resmi ditetapkan Rp 4.900 per perjalanan. Aturannya pun dibuat kaku: dilarang merokok, pembayaran hanya non-tunai, sopir dilarang menerima uang cash, dan penumpang cuma boleh naik-turun di shelter resmi.
Namun di balik gemerlap peresmian, publik menyisakan tanya besar. Saeful Zaman, pengamat publik, menyebut ada empat “bom waktu” yang bisa meledak kapan saja.
1. Nasib Angkot Konvensional: Dari Tulang Punggung Jadi Tulang Belulang?
Bandung masih punya puluhan trayek angkot dengan ribuan sopir yang hidup dari sistem setoran harian. Kehadiran feeder MJT yang beririsan dengan trayek lama dianggap ancaman nyata.
“Sopir angkot bisa jadi korban pertama. Kalau tidak ada integrasi, mereka perlahan tersingkir. Jangan sampai pemerintah sibuk pamer proyek baru, tapi menelantarkan yang lama,” tegas Saeful.
2. Sistem Gaji Sopir: Reformasi atau Cuma Ganti Cat?
Pertanyaan krusial lain: bagaimana sistem kerja sopir feeder? Apakah digaji layaknya karyawan atau masih dipaksa setor seperti angkot konvensional?
“Kalau masih setor, ini cuma ganti warna mobil, bukan ganti nasib sopir. Modernisasi itu dimulai dari memperlakukan sopir dengan manusiawi,” kritik Saeful.
3. Pengadaan Armada: Transparan atau Asal Jalan?
Publik menyoroti armada feeder: baru atau sekadar hasil rekondisi angkot tua?
“Kalau baru, sumber dananya harus jelas. Kalau bekas diremajakan, standar keamanannya jangan asal. Jangan sampai ini jadi proyek ‘tempelan’ yang necis di luar, keropos di dalam,” sindirnya.
4. Keberlanjutan Program: Gratisan Ramai, Bayaran Sepi?
Uji coba gratis biasanya memikat penumpang. Tapi setelah tarif berlaku, jangan-jangan masyarakat kembali lari ke ojol atau kendaraan pribadi.
“Kita sudah punya contoh, banyak proyek transportasi massal yang akhirnya sepi. Kalau strategi jangka panjang nggak jelas, feeder MJT bisa jadi solusi setengah hati,” ujar Saeful.
Solusi atau Sekadar Ancaman Baru?
Metro Jabar Trans hadir dengan jargon modern dan tertib. Tapi tanpa jawaban atas empat masalah tadi, peluncuran ini bisa berbalik jadi bumerang: angkot konvensional tergilas, sopir kehilangan nafkah, dan kepercayaan publik makin luntur.
“Pemerintah jangan sekadar jual mimpi modernisasi. Jangan sampai yang disebut kemajuan ternyata cuma ‘greus konvensional’ dengan baju baru,” tutup Saeful.
Menurut Anda, feeder MJT ini solusi nyata atau sekadar lip service modernisasi? (Red)
Editor: Toni Mardiana S.IKOM
“Kalau baru, sumber dananya harus jelas. Kalau bekas diremajakan, standar keamanannya jangan asal. Jangan sampai ini jadi proyek ‘tempelan’ yang necis di luar, keropos di dalam,” sindirnya.
4. Keberlanjutan Program: Gratisan Ramai, Bayaran Sepi?
Uji coba gratis biasanya memikat penumpang. Tapi setelah tarif berlaku, jangan-jangan masyarakat kembali lari ke ojol atau kendaraan pribadi.
“Kita sudah punya contoh, banyak proyek transportasi massal yang akhirnya sepi. Kalau strategi jangka panjang nggak jelas, feeder MJT bisa jadi solusi setengah hati,” ujar Saeful.
Solusi atau Sekadar Ancaman Baru?
Metro Jabar Trans hadir dengan jargon modern dan tertib. Tapi tanpa jawaban atas empat masalah tadi, peluncuran ini bisa berbalik jadi bumerang: angkot konvensional tergilas, sopir kehilangan nafkah, dan kepercayaan publik makin luntur.
“Pemerintah jangan sekadar jual mimpi modernisasi. Jangan sampai yang disebut kemajuan ternyata cuma ‘greus konvensional’ dengan baju baru,” tutup Saeful.
Menurut Anda, feeder MJT ini solusi nyata atau sekadar lip service modernisasi? (Red)
Editor: Toni Mardiana S.IKOM