Opini Publik,-
Bukan hal biasa pejabat publik memegang kekuasaan dua alat kepentingan, sebagai Bupati dan Ketua Partai yaitu Partai DPD PAN terpilih. Tentunya, mendapatkan pro dan kontra atas terpilihnya.
Kepentingan politik sangatlah menentukan tingkat keberhasilan seorang pimpinan, jika kita melihat kebelakang Jeje mengikuti Pesta Demokrasi saat menjadi bacalon Bupati menggunakan kendaraan politik/ Partai. Hingga, beliau menang menjadi orang no.1 di kabupaten Bandung Barat.
Hal ini, tidaklah mudah untuk meraih impian diperlukan persiapan cost politik cukup besar juga komitmen dengan mesin politik yang di pake-nya. Semua untuk kepentingan pemenang dirinya, gengsi Partai yang mengusungnya.
Ini tidaklah mulus tentunya mengalami goncangan hambatan gangguan dan ancaman sekalipun, setelah Kang Jeje jadi terpilih sebagai Bupati Bandung Barat. Selama 100 hari masa kerjanya mengalami masalah - masalah cukup serius, hingga aktifis juga sebagian publik demo mosi tidak percaya atas kepemimpinan Kang Jeje.
Selama ini di pandang tidak mampu memimpin rakyat Kabupaten Bandung Barat, bahkan internal partai pengusung sempat kisruh, entah apa yang di perebutkan.
Kali ini Jeje, diberikan trust kepercayaan sebagai Ketua DPD PAN Kabupaten Bandung Barat yang menuai berbagai pertanyaan juga pro kontra di kubu Partai yang didudukinya, pertanyaan saya sebagai Pengamat Kebijakan Publik dan Politik, apakah Jeje dengan 2 jabatan yang berbeda, satu sisi sebagai Pejabat publik Pelayan masyarakat, satu sisi sebagai Ketua Partai yang mempunyai arah politik kepentingannya cukup kuat.
Dari dua karakter yang berbeda apakah Jeje mampu menyelesaikan segala permasahan, rumah tangga pemerintahan atau mengurus kepentingan Partai. Dari hasil analisis saya, dalam perjalanan Jeje akan mengalami problematika dua sisi yang berbeda kepentingan, jika tidak di dampinggi dalam menjalankan tugas sehari-hari.
Dari dua sisi kepentingan yang berbeda, untuk menjalankan tugas pokok Pemerintahan saya pandang masih seumur jagung, perlu ada pendamping yang profesional atau stap ahli pada bidang-nya masing - masing. Saya berharap Jeje, tidak di jadikan tumbal selanjutnya ini yang harus kita amati.
Saya berharap Kang Jeje, sebagai Bupati Bandung Barat harus bekerja keras dan mau belajar dalam menekuni ilmu birokrasi pemerintahan, agar dalam perjalanan tidak di kibuli putra buahnya, karena harus di antisipasi jangan terjebak pada jebakan "Batman".
Bahkan Jeje harus belajar dari pimpinan - pimpinan sebelumnya yang saat ini berurusan dengan hukum APH, lebih hati - hati dalam mengeluarkan kebijakan - kebijakan atas dasar untuk kepentingan kemaslahatan masyarakat kabupaten Bandung Barat.
Jeje harus dapat membuktikan harapan keinginan masyarakat, baik Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi kerakyatan UMKM dan perbaikan inprastruktur lebih diperhatikan serta dikerjakan. Bukan hanya wacana - wacana saja atau program yang sifatnya seremonial saja, kekuatan Jeje sekarang dengan dua kepentingan yang berbeda, menjadi bukti yang harus di laksanakan untuk perubahan Kabupaten Bandung Barat. Menjadi lebih solid serta transparan dalam menjalankan tugasnya, semata untuk kemaslahatan masyarakat KBB.
Kita lihat saja nanti kinerja Jeje yang sudah 100 hari kerja, ke depan apa yang diingginkan masyarakat dapat terwujud, walau dari sisa anggaran APBD yang ada, jelang anggaran perubahan segala masalah KBB jalan - jalan yang rusak dapat di prioritaskan, agar ekonomi masyarakat semakin lancar dalam beraktifitas sehari-hari.
Semoga ini menjadi bahan pelajaran bagi otoritas kebijakan daerah dalam hal ini Bupati KBB, juga yang terkait lainnya agar bersama-sama membangun KBB kolaborasi dari berbagai kepentingan yang ada di lingkungan KBB.
Editor Toni Mardiana S. Ikom.
Oleh : R. Wempy Syamkarya (PENGAMAT KEBIJAKAN PUBLIK DAN POLITIK)