Penulis : Yuli Yana Nurhasanah
Penggiat Literasi Masyarakat
Kalangan guru di Banten tengah dihebohkan dengan selentingan informasi bahwa anggaran TUTA (Tugas Tambahan) akan dipotong, bahkan ada informasi bahwa anggaran tuta tidak ada dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten. Sebagian guru siap turun ke jalan, ungkap Ketua IGI (Ikatan Guru Indonesia) Banten, karena enam bulan sudah, sejak Januari 2025, honor tuta tidak dibayar.
Akan tetapi, para guru masih menunggu itikad baik dari pihak Dinas untuk segera membayar apa yang menjadi hak para guru. Para guru tersebut telah melayangkan surat audensi kepada Komisi V DPRD Provinsi Banten, mereka berharap kejelasan tentang persoalan TUTA ini jelas keberadaannya dan tidak simpang siur informasinya. Yang meresahkan para guru tentang kebijakan akan dihapusnya TUTA oleh APBD 2025 Banten. (www.bantenraya.com 29/06/2025)
Standar gaji guru di Indonesia masih rendah, sehingga mengurangi minat untuk menjadi seorang guru. Anggota Komisi X DPR RI, Juliyatmono, mengungkapkan bahwa idealnya gaji guru di Indonesia Rp 25 juta per bulan. Hal ini otomatis juga akan meningkatkan minat orang yang mau menjadi guru di Indonesia.
Di Indonesia, kesenjangan antara guru ASN dan honorer saat ini sangat jelas, di mana besaran gaji honorer jauh di bawah besaran gaji seorang ASN, bahkan gaji honorer di bawah UMR daerah. Fakta ini menunjukkan banyaknya kesenjangan antara penghargaan profesi guru dan beban kerja seorang guru, belum lagi dengan tunjangan-tunjangan lainnya. Bila kesejahteraan guru terabaikan, bagaimana bisa terealisasi pendidikan sebagai jalan utama untuk memutus mata rantai kemiskinan?. Tidak banyak yang bisa diharapkan dari sistem pendidikan, karena tidak ada penghargaan yang layak untuk seorang guru. (www.detik.com 11/05/2025)
Guru ibarat tulang punggung dalam pendidikan, untuk mendidik dan membentuk generasi unggul berkualitas. Pemerintah harus lebih serius memperhatikan kesejahteraan guru. Karena kesejahteraan guru masih jadi permasalahan yang belum terselesaikan untuk pemerintah pusat dan daerah.
Fokus guru terpecah dengan kebutuhan hidup yang semakin besar, sehingga mereka tidak dapat memberikan totalitas dalam mendidik. Kebijakan pemerintah yang dikeluarkan menganggap guru sama dengan profesi lainnya, hanya sebagai pekerja biasa saja. Di sisi lain, negara tidak sepenuhnya mengurus pendidikan, tetapi juga menyerahkannya kepada pihak swasta dalam pengelolaan, di mana yang diutamakan pasti adalah keuntungan materi, bukan kualitas dan kuantitas.
Semua ini tidak lepas dari sistem keuangan saat ini, yaitu sistem kapitalisme, di mana negara banyak tergantung pada utang luar negeri. Secara tidak langsung, persoalan gaji guru ini menjadi keengganan tenaga pendidik untuk mengabdi di wilayah-wilayah terpencil dengan minim fasilitas, sarana, dan prasarana pendidikan.
Belum lagi permasalahan oknum guru yang melakukan tindak asusila terhadap anak didiknya. Ini membuktikan kegagalan sistem sekuler yang tidak berhasil mencetak guru berkepribadian mulia. Jika sering muncul berita tentang guru atau anak didik yang bertindak kriminal, walau hanya oknum, perkara kriminal di kalangan pendidikan ada peran sistem di sini, yaitu sekularisme yang jauh dari aturan agama, karena agama dipisahkan dari kehidupan.
Dalam sistem Islam, pendidikan adalah komponen penting dalam membangun peradaban bangsa. Islam sangat serius memperhatikan pendidikan umatnya, mulai dari konsep pendidikan, infrastruktur, dan tentu saja kesejahteraan guru sebagai pendidik generasi berkualitas.
Status guru dalam sistem Islam adalah pegawai yang digaji dengan sangat layak dan diperhatikan kesejahteraannya. Tidak akan ada istilah honorer atau ASN dalam pemerintahan Islam. Dalam sistem Islam guru memiliki peran penting dalam memajukan peradaban bangsa, oleh karenanya guru sangat dihargai dan dihormati.
Negara Islam mampu memberikan gaji tinggi kepada guru karena negara Islam memiliki sumber pemasukan yang beragam dan dalam jumlah yang besar. Hal ini tidak lepas dari sistem ekonomi Islam yang menentukan beragam sumber pemasukan, termasuk dari pengelolaan sumber daya alam yang dalam Islam merupakan kepemilikan umum yang dikelola negara.
Pemimpin dalam Islam adalah Ra'in (pengurus), ia lah yang akan memperhatikan secara detail setiap hal yang menyangkut tentang kesejahteraan rakyatnya, salah satunya pendidikan. Karena pendidikan adalah modal dasar utama negara untuk membangun peradaban Islam yang tangguh dan tak tergoyahkan. Sudah seharusnya generasi dan pendidik juga haruslah tangguh dan tak tergoyahkan, setangguh peradaban Islam yang akan ditegakkan. Wallahualam bishshawab
Penulis : Yuli Yana Nurhasanah