Bandung, 17 Mei 2025 — Di tengah gempuran tragedi kemanusiaan yang terus melanda Palestina, Kota Bandung kembali menyuarakan solidaritasnya. Sabtu sore, 17 Mei 2025, ratusan warga dari berbagai latar belakang berkumpul dalam aksi damai bertajuk "International Day of Action: Nakba Day", sebagai bagian dari gerakan global menolak penjajahan dan kekerasan yang masih dialami rakyat Palestina.
Aksi ini diinisiasi dan dikomando langsung oleh seniman dan aktivis kemanusiaan Kang Wanggi Hoed bersama rekan-rekannya. Mereka memantik semangat masyarakat untuk kembali menyalakan api solidaritas dari jantung Kota Bandung, kota yang menjadi saksi lahirnya Dasasila Bandung—sebuah deklarasi damai dan antikolonialisme yang menggema dari Konferensi Asia Afrika 1955.
Dengan membawa tema utama "77 Tahun Nakba Masih Terjadi", aksi ini tidak hanya menjadi peringatan sejarah atas peristiwa pengusiran massal rakyat Palestina pada tahun 1948, tetapi juga penegasan bahwa penderitaan , ketidakadilan , tragedi kemanusiaan belum berakhir masih terus berlangsung hingga hari ini. Bandung tetap berdiri untuk Palestina,” ujar Kang Sony Teguh Prasatya.
Rute Aksi dan Spirit Dasasila Bandung
Aksi dimulai pukul 16.00 WIB dari depan Hotel Savoy Homann—lokasi historis yang erat kaitannya dengan Konferensi Asia Afrika—dan dilanjutkan dengan long march menuju Taman Palestina Walk. Sepanjang perjalanan, para peserta membawa berbagai alat peraga aksi seperti poster, spanduk, karya seni visual, serta menyuarakan orasi-orasi yang menyerukan keadilan dan kebebasan bagi Palestina.
Kang Wanggi Hoed dalam orasinya menegaskan bahwa Bandung memiliki akar sejarah yang kuat dalam perjuangan melawan penindasan dan penjajahan. "Nilai-nilai Dasasila Bandung masih tetap ada. Spirit Bandung tidak akan pernah padam. Dari kota inilah dulu bangsa-bangsa dunia bersatu menolak kolonialisme, dan kini kami meneruskan warisan itu," ujarnya lantang disambut tepuk tangan peserta aksi.
Solidaritas Seni untuk Palestina
Yang membedakan aksi ini dari banyak aksi solidaritas lainnya adalah pendekatan yang digunakan: ekspresi seni sebagai medium perlawanan dan penyadaran. Berbagai komunitas seni turun langsung ke jalan, membawakan pertunjukan teatrikal, musik akustik bertema kemanusiaan, puisi perjuangan, hingga aksi seni visual yang menggambarkan penderitaan warga Gaza dan perjuangan rakyat Palestina.
Menurut penyelenggara, seni memiliki kekuatan untuk menembus batas bahasa dan politik. "Ketika dunia bungkam, seni bicara. Ketika politik membatasi, seni membebaskan," ujar salah satu seniman peserta aksi.
Pesan Global dari Bandung
Dengan slogan utama “The World Reject Zionism”, aksi ini merupakan bagian dari gelombang internasional yang digelar serempak di berbagai kota dunia. Kota Bandung dipilih karena simbolismenya yang kuat sebagai kota perdamaian dan perlawanan terhadap ketidakadilan global.
Para peserta aksi berharap pemerintah Indonesia, khususnya dari tingkat lokal hingga nasional, terus menjaga konsistensi dalam mendukung kemerdekaan Palestina dan tidak ragu dalam bersuara di forum-forum internasional.
Aksi berakhir sekitar pukul 19.00 WIB di Taman Palestina Walk dengan pembacaan puisi bersama dan doa lintas iman untuk rakyat Palestina. Meski senja menutup langit Bandung, semangat solidaritas dan kemanusiaan tetap menyala.
“Bandung bukan hanya kota sejarah, tapi juga kota nurani. Selama keadilan untuk Palestina belum tegak, suara dari Bandung akan terus menggema,” tutup Kang Wanggi.
Humas STP
Editor:
BenkBenk