Gaza, 30 Juni 2025 — Tragedi memilukan kembali mengguncang dunia. Sebuah kafe yang berada di tepi pantai Kota Gaza — tempat berkumpul warga sipil, anak-anak, dan keluarga yang sedang merayakan ulang tahun — dihantam rudal jet tempur Israel. Sedikitnya 39 nyawa melayang seketika. Di antara korban, terdapat nama Ismail Abu Hatab, seorang jurnalis Palestina.
Kafe tersebut bukanlah target militer. Tidak ada markas tempur, tidak ada afiliasi politik, dan tidak ada senjata. Itu hanyalah tempat sederhana bagi warga Gaza untuk mencari sedikit ketenangan di tengah reruntuhan, sekadar menikmati laut, mengakses internet, dan mencoba menghibur anak-anak yang hidup dalam bayang-bayang perang.
> “Kami menemukan jenazah yang tercabik-cabik. Tidak ada yang bersenjata, tidak ada hubungannya dengan milisi. Ini tempat warga biasa. Tempat kami menyembuhkan luka batin,” ujar Yahya Sharif, saksi mata di lokasi kejadian.
Serangan ini memperparah catatan kekejaman militer Israel. Dalam satu hari, total 95 warga sipil Gaza terbunuh di berbagai titik. Ini disebut sebagai salah satu hari paling berdarah sejak pecahnya kembali konflik besar-besaran awal tahun ini. Seperti dilaporkan jurnalis Al Jazeera, Hani Mahmoud, tidak ada peringatan sama sekali sebelum rudal menghantam lokasi.
Sony Teguh Prasatya: “Di mana nurani kita? Ini tragedi kemanusiaan, bukan soal politik semata”
Sony Teguh Prasatya, seorang birokrat senior Kota Bandung yang dikenal lantang dalam isu kemanusiaan, angkat suara dengan nada penuh emosi atas tragedi ini. Ia menyampaikan pernyataan tegas sebagai bentuk protes terhadap pembantaian warga sipil yang terus berulang:
> @SonyTeguhPrasatya:
“Saya bukan diplomat. Saya bukan juru bicara lembaga internasional. Tapi saya manusia. Dan saya tidak bisa diam melihat anak-anak dibunuh saat ulang tahun mereka sendiri. Ini bukan serangan militer, ini penghinaan terhadap kemanusiaan!
Gaza tidak butuh belas kasihan, mereka butuh keadilan. Saya menyerukan kepada para pemimpin dunia — dan khususnya Indonesia — untuk tidak hanya berdiplomasi, tapi berdiri tegas di sisi rakyat Palestina. Ini bukan saatnya ragu. Ini saatnya membela nilai-nilai kemanusiaan yang paling dasar.”*
Sebagai seorang birokrat yang telah lama mengabdi pada negara, Sony menegaskan bahwa suara kemanusiaan tidak boleh dibungkam oleh diplomasi dingin atau perhitungan politik semata. Ia juga menyampaikan duka mendalam kepada keluarga para korban dan menyerukan kepada semua masyarakat Indonesia untuk tidak membiarkan tragedi ini berlalu begitu saja.
GAZA KEMBALI BERDARAH — DAN DUNIA MASIH TERLALU SUNYI
Rasa aman di Gaza tak pernah nyata. Setelah rumah sakit, sekolah, dan tempat ibadah menjadi target, kini kafe tempat anak-anak merayakan ulang tahun pun menjadi kuburan massal. Dunia internasional masih terpaku dalam kecanggungan politik, sementara rakyat Palestina kehilangan nyawa dan masa depan mereka satu demi satu.
Tragedi ini menjadi pengingat: bukan hanya Gaza yang sedang dihancurkan, tapi juga nurani dunia. 🔎 inilah.com
HUMAS - [ Syi'ar•Tauhid •Persaudaraan ]
Editor:
BenkBenk