Bandung – 06 September 2025
Kasus tragis yang menimpa sebuah keluarga di Kabupaten Bandung, di mana seorang ibu meracuni dua anaknya lalu mengakhiri hidupnya dengan bun*h diri, mengguncang hati masyarakat. Peristiwa memilukan ini kembali membuka mata publik tentang rapuhnya jaring pengaman sosial bagi keluarga miskin dan rentan.
Di tengah keprihatinan masyarakat, Pengamat Kebijakan Publik dan Politik, R. Wempy Syamkarya SH.MM, angkat bicara.
“Kasus seperti ini tidak boleh dipandang sekadar tragedi rumah tangga. Ada persoalan struktural yang harus diselesaikan, mulai dari kemiskinan, tekanan ekonomi, akses kesehatan mental yang minim, hingga lemahnya sistem pendampingan sosial di lapangan. Bupati DS harus berani mengevaluasi program yang ada, dan memastikan bantuan benar-benar tepat sasaran,” tegas Wempy.
Wempy menambahkan, ada beberapa faktor utama yang memicu tragedi ini:
1. Kemiskinan dan Stres Ekonomi – Tekanan ekonomi yang berat dapat memicu depresi dan keputusasaan.
2. Kurangnya Akses Layanan Kesehatan Mental – Minimnya fasilitas konseling dan tenaga profesional membuat banyak warga tidak mendapatkan pertolongan.
3. Isolasi Sosial – Lemahnya dukungan komunitas membuat korban merasa sendirian menghadapi masalah.
4. Rendahnya Edukasi Manajemen Stres – Kurangnya pengetahuan mengelola emosi dan stres mendorong pengambilan keputusan ekstrem.
“Bupati DS harus menjadikan kasus ini momentum perbaikan total. Jangan menunggu korban berikutnya. Kita perlu sistem sosial yang mampu mencegah, bukan hanya menanggapi setelah kejadian,” ujar Wempy di akhir pernyataannya.
SOLUSI YANG DIPERLUKAN.
Pengamat ini juga menawarkan langkah konkret yang bisa diambil pemerintah daerah, di antaranya:
Peningkatan Layanan Kesehatan Mental – Menambah fasilitas konseling dan tenaga psikolog di puskesmas.
Program Bantuan Ekonomi Tepat Sasaran – Memberikan bantuan pangan, subsidi biaya hidup, serta pelatihan keterampilan kerja bagi keluarga miskin.
Penguatan Komunitas Sosial – Membangun kelompok dukungan di tingkat RT/RW agar warga punya tempat berbagi masalah.
Edukasi Manajemen Stres – Mengadakan sosialisasi dan pelatihan sederhana tentang teknik relaksasi, olahraga, dan cara mengelola emosi.
Sistem Deteksi Dini – Memperkuat peran kader, tokoh masyarakat, dan petugas sosial untuk mengidentifikasi keluarga berisiko sebelum terjadi tragedi.
Kasus ini diharapkan menjadi pelajaran penting bagi para pengambil kebijakan agar kejadian serupa tidak terulang, dan masyarakat yang rentan benar-benar mendapatkan perlindungan yang layak. (B.irawan)