ARTIKEL
Dalam tengah suasana politik yang semakin memanas menjelang pengumuman hasil Pilpres 2024, oleh Komite Pemilihan Umum (KPU) pada 20 Maret mendatang. Indonesia, dihadapkan pada ketegangan dan perdebatan yang sengit dalam beberapa pekan terakhir. Dugaan kecurangan dalam proses pemilihan telah memicu gelombang protes dan pernyataan tajam dari kedua kubu utama ; kubu 01 yang didukung oleh Capres - Cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar serta kubu 03 yang diperkuat oleh Capres - Cawapres Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
Meskipun ketegangan politik semakin meningkat, catatan menunjukkan bahwa aksi massa yang sebelumnya ramai kini mengalami penurunan peserta. Sejak puncak protes di minggu - minggu awal pasca - pemilihan, jumlah peserta dalam demonstrasi secara bertahap menurun, memunculkan pertanyaan tentang keberlanjutan gerakan dan tingkat dukungan massa.
Penurunan jumlah aksi massa ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, penghormatan bulan suci Ramadhan 2024, termasuk kelelahan para peserta yang mungkin merasa protes jalanan tidak lagi efektif serta tekanan atau intimidasi dari pihak - pihak tertentu, baik dari aparat keamanan maupun kelompok - kelompok yang menentang protes.
Meskipun jumlah peserta aksi menurun, ketegangan politik tidak reda. Ancaman pemakzulan terhadap Presiden Joko Widodo masih menggantung, dengan kedua kubu bersumpah untuk menggunakan segala cara demi keadilan dan demokrasi. Meskipun proses politik menuju hak angket di legislatif terjadi tarik menarik, namun kecenderungan penurunan gerakan politik di sejumlah Partai seperti Nasdem dan PPP serta PKB begitupula PDI - P telah nampak tapi belum menunjukan suatu keputusan final.
Penurunan Jumlah Aksi Massa dalam Konteks Global
Penurunan jumlah aksi massa, tidak hanya terjadi di Indonesia. Di berbagai negara, termasuk Uni Eropa dan Amerika Serikat serta Amerika Selatan, terdapat kecenderungan serupa meskipun persoalan yang dihadapi lebih kompleks.
1. Uni Eropa : Setelah krisis keuangan global 2008, terjadi gelombang protes dan demonstrasi di negara - negara seperti Yunani, Spanyol dan Italia. Meskipun persoalan ekonomi dan sosial rumit, jumlah peserta dalam protes cenderung menurun seiring berjalannya waktu.
2. Amerika Serikat : Meskipun mengalami ketegangan politik terutama terkait isu rasial dan kebijakan pemerintah, jumlah peserta dalam aksi massa cenderung menurun.
3. Amerika Selatan : Negara - negara seperti Brasil dan Venezuela mengalami gelombang protes besar - besaran dalam beberapa tahun terakhir. Namun, jumlah peserta dalam protes kemudian menurun, meskipun situasi politik dan ekonomi masih aama.
Penurunan aksi massa global menunjukkan faktor - faktor seperti kelelahan, perubahan taktik aktivis, tekanan dari pihak - pihak tertentu dan perubahan prioritas politik dapat dianggap turut berperan dalam mengurangi partisipasi dalam aksi - aksi demonstrasi.
Kondisi Ekonomi di Bulan Suci Ramadhan 2024
Di tengah bulan suci Ramadhan 2024 / 1445 H, kondisi ekonomi di Indonesia, khususnya di Ibukota DKI Jakarta, relatif stabil. Meskipun terjadi kenaikan harga - harga, masyarakat masih merasakan keadaan yang kondusif. Pasar tradisional dan modern masih ramai dengan konsumen dan harga - harga sayur mayur dan tahu tempe masih terjangkau.
Meskipun demikian, harga daging, ayam dan telur belum stabil, sementara harga beras mengalami peningkatan. Situasi ini menunjukkan upaya untuk menjaga stabilitas harga pangan, yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat.
Keadaan ekonomi yang relatif stabil membantu menciptakan suasana yang kondusif di bulan Ramadhan. Namun, tantangan masih ada, terutama terkait harga - harga tertentu yang belum stabil. Hal ini menegaskan, pentingnya langkah - langkah yang tepat untuk menjaga stabilitas ekonomi dan keamanan sosial masyarakat.
Oleh: Agusto Sulistio - Pegiat Sosial Media, Mantan Kepala Aksi & Advokasi PIJAR era '90-an
Editor Toni Mardiana.
Kalibata, Jakarta Selatan. Sabtu, 16 Maret 2024.