Kabupaten Bandung Barat,-
Peristiwa keracunan program MBG di Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat dua bulan silam, masih menyisakan cerita duka yang harus segera diselesaikan oleh pihak SPPG dikelola oleh Yayasan Rajib Putra Barokah "Dapur Makmur Jaya". Dikarenakan, diduga akibat keracunan berkelanjutan sampai saat ini yang menimpa seorang siswa berinisial H bersekolah disalah satu Yayasan Desa Cijambu hingga kini masih harus menjalani pengobatan diagnosis. Siswa kelas 12 tersebut, sering mengalami gangguan kesehatan sesak dan kejang tatkala beraktivitas disekolah Kamis, 27 November 2025.
Informasi yang dihimpun Redaksi (Rabu, 26/11/2025), sontak hal tersebut pihak sekolah mendatangi kediaman H dan didapatkan informasi dari kakaknya, bahwa H terdiagnosis mempunyai tekanan darah tinggi dan trombosit rendah. Juga didapatkan keterangan mengenai pola makannya yang tidak teratur. " Jadi kami mempunyai kecenderungan jika penyakit H tidak berkaitan dengan makanan dari dapur MBG, melainkan dipicu dari pola makan tidak teratur sehingga efeknya lemas, kejang dan mengalami sesak melebar kepada tekanan darah tinggi dan trombosit, " tutur Tita selaku guru Biologi.
Mengatasi beban biaya imbuh Tita, pihak keluarga sudah melakukan pengajuan bantuan kepada penyedia layanan MBG terkait. Namun, karena ditinjau dari berbagai kondisi dan situasional serta regulasi, permohonan tersebut tidak dikabulkan. Sehingga dalam pengobatannya secara mandiri, " ketika kejadian, bahwa pihak SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) yang di kelola Yayasan Rajib Putra Barokah " Dapur Makmur Jaya", turut melakukan penanganan. Namun, sudah lama dan ditinjau secara regulasi atau faktor lainnya tidak ada lagi bantuan terhadap H, " tambahnya.
Sebelumnya ujar Tita, memang tidak ada masalah kesehatan yang diderita H pada paska mengalami keracunan, berubah, sering kejang dibarengi sesak nafas sehingga mengundang persepsi sosial yang mengarah kepada makanan MBG. Dari sisi higienis dan kualitas, menurutnya makanan MBG yang disajikan sudah dilakukan kontrol dengan skema sebelum dikonsumsi para siswa terlebih dahulu para guru yang mencicipi sebagai bentuk kelayakannya." Kami secara terpisah, sudah dihidangkan makanan untuk uji kelayakan dalam hal pemberiannya sudah disiapkan oleh pihak dapur MBG berbeda antara makanan untuk para guru dan siswa yang berada didalam mobil, " tandasnya.
Terpisah selaku kepala Dapur SPPG Makmur Jaya Iqbal, mengklarifikasi perkembangan isu keracunan makanan di Darul Fikri yang menurutnya hal tersebut bertolak dari dapur pesantren sendiri. Sehingga, berbenturan dengan konsumsi yang disajikan pesantren, " Saya mengira kasus yang di Darul Fikri, adalah anomali karena dari pagi hingga sore mengkonsumsi makanan dari dapur pesantren, kecil kemungkinannya racun tersebut dari dapur Kami, " ucapnya.
Lanjut dikatakan sebagai bentuk tanggung jawab, disediakan anggaran khusus untuk penanggulangan hal tidak terduga sehingga ketika ada kejadian segala sesuatunya sudah dipersiapkan seperti penyediaan kendaraan, finansial dan sebagainya. Untuk pengobatan diupayakan sampai sembuh total melalui mekanisme yang berlaku. "Kami menjunjung tinggi tanggung jawab, sehingga ketika kejadian kemarin, sigap, kami turut melakukan penanganan, " tegasnya.
Terhadap siswa H yang kini menjalani perawatan, bahwa Iqbal tidak mengetahui karena minimnya informasi komprehensif padahal komunikasi dengan sekolah sudah dijalankan sebagai kemudahan mendapatkan kabar dengan begitu diperkirakan keadaan sudah kondusif. " Jika yang terjadi demikian, kami akan melakukan pengecekan untuk mengetahui tentang kejelasannya, apakah benar penyakitnya berasal dari dapur kami, apabila benar akan dibantu sampai sembuh total, " pada Rabu, 26 November 2025 saat ditemui awak media ditempat Dapur Makmur Jaya.
Ikbal, membeberkan secara deskriptif mengenai pelayanan makanan dapurnya meliputi satu Desa, 17 sekolah dengan jumlah 2900 siswa dan memperkerjakan lebih dari 40 personil dengan upah standar pemerintah termasuk BPJS ketenagakerjaan. Pasca kejadian, ia mengaku mendapatkan skorsing penghentian kinerja selama 50 hari." Kami mendapatkan pencabutan izin operasional, hal itu penyebab dari keracunan yang menghinggapi beberapa sekolah, salah satunya sekolah Darul Fikri, " bebernya.
Kemudian dapurnya berlanjut, melakukan aktivitas dengan menggunakan konsep yang lebih higienis sebagai langkah proteksi terhadap terbentuknya racun. Pada prosesnya, menitikberatkan kepada olahan kering dengan pedoman pelaksanaan pengadaan dari peraturan badan gizi nasional (BGN)." Setelah izin operasional dikeluarkan kembali, kami kembali melalukan aktifitas dengan ketentuan dan peraturan yang lebih ketat," jelasnya.
Sementara H ketika disambangi media, tengah berbaring dalam keadaan lemah ia mengatakan pusing dan berjalan pun lemah dan mengatakan tidak tahu bagaimana bisa seperti itu. Orang tuanya memaparkan, sebelum kejadian anaknya tidak mempunyai penyakit apapun seperti yang dialami sekarang." Masyarakat disini juga tahu jika anak saya sebelumnya normal tidak seperti sekarang, namun setelah mengkonsumsi makanan MBG dari dapur Makmur Jaya muncul penyakit ini," bukanya.
Ironisnya, ungkapan dari orang tua H bertolak belakang dengan berbagai pernyataan terhadap masalah tersebut, tentu saja menaruh rasa keheranan mengandung kecurigaan terkait penyebab penyakit yang menimpa anaknya, ketika siswa yang lain sudah sembuh ada kelainan kepada anaknya yang sampai saat ini harus menanggung penyakit. Konon, menurut medis saat mendampingi anaknya. Bahwa anaknya, setelah mengkomsumsi makanan tersebut mengarah pada gangguan saraf.
Redaksi elitkita.com, sempat dihubungi dari pihak Danramil Cipongkor Kapten Asep lewat telepon selurer menyampaikan klarifikasi terkait korban siswa yang berkelanjutan mengalami kondisi akut yang diderita siswa tersebut. Bahwa, kami pun pro aktif dalam pengawasan paska kejadian keracunan karena diwilayah teritorial kami. Dan, daripada hasil lab siswa tersebut memiliki penyakit bawaan, ada infeksi sel darah merah. Terkait apakah ini dari sebab makanan atau bukan ?, jawaban secara medis tidak ada hubungan dengan makanan yang dikosumsi pada saat kejadian tersebut. Lebih lanjut menambahkan, ini pun kalau memang masih penasaran kami mengajukan kepada pihak mitra untuk di cek kembali agar ini tidak selalu dikait-kaitkan dengan program yang sangat mulia ini. "Pesannya. (Tazeri)
Editor Toni Mardiana.

